Jika berbicara masalah pemuda, yang terlintas langsung dalam pemikiran kita
adalah sosok mahasiswa. Sosok intelektual yang dianggap mampu menjadi jembatan
penghubung antara idealita dan realita, sosok yang menjadi penggerak awal untuk
perubahan bangsa dan negaranya. Kriteria mutlak pemuda lebih khususnya
mahasiswa yang dibutuhkan bangsa ini adalah mahasiswa yang ideal. Sejauh mana
kuantitas ideal yang dibutuhkan tak jauh dari budaya yang seharusnya tertanam
mendasar dalam diri setiap mahasiswa.
Terdapat tiga
poin utama yang menjadi konsen dalam membentuk budaya mahasiswa. Pertama,
budaya baca, diskusi dan aksi. Kedua, kedisiplinan waktu dan ketiga yang tak
kalah pentingnya adalah budaya untuk peduli akan lingkungan.
Mahasiswa
yang enggan untuk membaca layaknya seseorang yang tengah menutup diri akan
kehidupan yang sebenarnya. Realitasnya yang ada saat ini, hanya sebagian saja
yang tetap mempertahankan budaya baca sebagai rutinitas dan kebutuhan. Tidak
menutupi, banyak dari mahasiswa yang berkunjung ke perpustakaan kampus hanya
karena tuntutan mata kuliah yang mewajibkan mahasiswanya untuk memiliki buku,
bukan karena kesadaran mahasiswanya itu sendiri untuk membaca. Patut dicari
akar permasalahan dari kurangnya minat membaca mahasiswa di lingkungan kampus.
Hal pertama yang dirasakan di samping masalah kesadaran dari
mahasiswanya itu sendiri adalah ketersediaan buku di perpustakaan yang masih
cukup minim. Letak perpustakaan yang kurang strategis juga mempengaruhi minat
mahasiswa untuk berkunjung.
Doc. Pribadi |
Mahasiswa
ideal adalah mahasiswa yang kritis. Melalui diskusi ataupun aksi dapat menjadi
salah satu bentuk kontribusi yang bisa diberikan mahasiswa untuk lingkungannya.
Sayangnya, budaya diskusi di kampus ini masih sangat kurang. Hanya sebagian
kelompok maupun organisasi kampus saja yang aktif mengadakan diskusi sebagai
salah satu budaya mereka. Sebagian memandang diskusi hanya dapat dilakukan
dalam forum-forum resmi saja, namun hal tersebut merupakan salah satu pandangan
yang salah akan makna diskusi yang sebenarnya. Tak harus dalam forum formal,
diskusi dapat dilakukan antar teman misalnya dalam hal pembahasan mata kuliah
yang dirasa sulit. Diskusi ini dapat dilakukan di manapun, tidak harus dalam
ruangan kelas ataupun lingkungan kampus saja.
Budaya
mahasiswa selanjutnya yang tak kalah penting adalah kedisiplinan akan waktu.
Menuju sukses, seorang mahasiswa dituntut untuk mampu mengatur waktu dengan
baik Terkait kedisiplinan akan waktu ini, mahasiswa sebaiknya mampu
memprioritaskan segala sesuatunya sesuai kondisi. Memaksimalkan waktu yang ada
semasa muda merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan. Masa ini adalah penentu
bagaimana jati diri selanjutnya. Disaat waktu kuliah, mahasiswa harus mampu
memberikan 100% yang terbaik untuk kuliahnya. Saat berorganisasi, mahasiswa
juga harus memberikan 100% usaha yang terbaik untuk organisasinya. Sehingga
tidak ada ketimpangan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain. Akan lebih
baik dalam mengatur waktu, mahasiswa dapat membuat jadwal kegiatan per hari
beserta evaluasinya.
Lingkungan
sangat berdampak dalam membentuk keperibadian seseorang. Dalam membentuk budaya
mahasiswa yang telah disebutkan sebelumnya, akanlah menjadi hal yang sia-sia
jika tidak diiringi sikap peduli mahasiswa akan lingkungannya.
Dalam
membentuk budaya mahasiswa, peran berbagai pihak sangat berpengaruh. Dalam
budaya baca sendiri, untuk menarik minat, diperlukan suatu bentuk inovasi dari
perpustakaan sehingga minat baca mahasiswa dapat meningkat, di samping masalah
kesadaran dari mahasiswanya itu sendiri. Masalah budaya diskusi dan aksi, mindset sebagian
mahasiswa akan hal ini harus dirubah. Diskusi bukanlah hanya untuk sesuatu yang
menuntut keformalan dan aksi bukanlah masalah berkoar-koar tanpa adanya solusi.
Kedisiplinan akan waktu haruslah menjadi budaya utama mahasiswa, dosen maupun
pihak lain dalam lingkungan kampus haruslah turut mendukung. Sehingga
kepedulian akan lingkungan menjadi budaya yang terus tertanam dalam setiap
mahasiswa di kampus ini, dan akan menciptakan sebuah keteraturan berbudaya yang
akan menciptakan kualitas kampus yang bisa dibanggakan.
Budaya yang pertama selain
membaca adalah budaya diskusi,diskusi merupakan kegiatan kumpul bersama dan
membicarakan hal-hal tertentu dengan tema-tema tertentu pula dan dengan
tujuan tertentu pula. Ada pepatah asing mengatakan bahwa ada tiga
tipe orang ketika kita kumpul bersama teman-teman mereka, yang pertama orang
yang kecil (small people) apa itu orang kecil. Orang
kecil disini bukan fisiknya yang kecil, tapi yang dimaksud orang kecil
disini adalah orang dimana ketika mereka kumpul dengan teman-teman mereka hanya
membicarakan materil semata misalnya: wah Hpmu bagus ya, berapa
harganya, belinya dimana dan seterusnya. Nah
itulah sifat orang yang pertama yaitu orang kecil. Orang yang kedua adalah
orang yang menengah (a grece people). apa itu orang
menengah? orang
menengah disini adalah orang yang ketika mereka berkumpul dengan teman-teman
mereka maka mereka hanya membicarakan aib seseorang. Sebagai
contoh :itulo si A selalu gini, gitu, dan seterusnya. itulah
yang dikatakan orang menengah. Lalu apakah orang yang ketiga? orang
yang terakhir ini bisa dikatakan orang besar (a greate people). Orang
besar itu bagaimana? orang besar adalah orang ketika mereka
berkumpul dan bertemu dengan teman-temannya mereka selalu membicarakan ide-ide dan gagasan-gagasan
baru untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dimasyarakat bangsa dan
negara ini.
Kita para mahasiswa
diharapkan mampu menjadi orang dengan tipe yang ketiga tersebut yaitu orang
yang besar (a greate people) karena mahasiswa merupakan agent
of change merekalah agen-agen perubahan bangsa dari idealita mahasiswalah
semua bisa terjadi. Lalu dengan apa kita mampu mewujudkan
perubahan-perubahan tersebut, dengan bersatu padunya mahasiswa maka
perubahan itu akan terjadi, bukti bersatunya mahasiswa bisa kita lihat
saat mereka mampu bersosialisasasi antara yang satu dengan yang lain. Diantara
proses sosialisasi yang mereka bentuk adalah adanya diskusi antar mahasiswa. Di
pojok-pojok teras kampus mereka, kita bisa mengatakan bahwasannya diskusi
merupakan budaya bagi mahasiswa. Bisa dianalogikan bahwa mahasiswa tanpa
diskusi bagaikan sayur yang tanpa garam, hambar rasanya. Yang
membedakan mahasiswa dan siswa adalah dari diskusi-diskusi yang mereka
laksanakan.
Dulu saat kita masih
SMP/SMA diskusinya hanya membincangkan apa yang tergambar ditype orang satu dan
dua yaitu hanya membicarakan materil dan aib orang lain semata. Sekarang
kita sudah tidak siswa lagi tapi mahasiswa yaitu siswa diatas siswa, maka
jika saat ini kita masih membincangkan apa yang dibincangkan orang type satu
dan dua saat diskusi-diskusi yang kita adakan. Lalu apa bedanya kita
dengan siswa?, diera
globalisasi saat ini mahasiswa diharapkan mampu berdiskusi sebagai sarana
persatuan, dengan materi-materi diskusi yang mampu menimbulkan ide-ide baru dan
gagasan-gagasan baru yang mampu memecahkan masalah bagi bangsa dan negara ini serta kita
dituntut untuk membudayakan diskusi, karena diskusi merupakan budaya yang
melekat dalam diri mahasiswa.
Lalu apakah untungnya
diskusi bagi mahasiswa, banyak mahasiswa yang belum tau akan pentingnya
berdiskusi.
Terbukti jarang sekali melihat forum diskusi
yang diadakan oleh mahasiswa saat ini. Mereka seakan
mengesampingkan budaya diskusi. Banyak diantara mahasiswa yang masih merasa
takut atau malu kalau dipinta pendapatnya peribadi mengenai sebuah isu dalam
sebuah forum diskusi. Alasannya bisa macam-macam. Yang pasti kita memang harus
belajar memulai sesuatu dari forum yang terkecil, yang sekiranya memiliki nilai
tambah bagi kemajuan wawasan kita di kemudian hari. Ruang diskusi yang diadakan
dikampus-kampus akan memberi peluang bagi kita untuk saling berbagi ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang muaranya akan kembali untuk kepentingan kita
berupa makin luasnya cakrawala kita memahami dunia.
Kualitas masa depan
pemimpin bangsa ditentukan oleh generasi sekarang yang memiliki tekad yang kuat
kemauan keras untuk belajar dan berkembang dikampus maupun diluar kampus. Mahasiswa
yang pandai diskusi, pandai melihat peluang masa depan dan berani menyampaikan
kebenaran dengan santun didepan pemimpin yang berperlilaku tidak adil. Itu
semua hasil dari proses diskusi, dengan digalangkannya forum diskusi di kampus
dengan sendirinya akan hadir tunas-tunas bangsa yang pandai mengkaji sebuah
masalah serta menyiapkan
sosok pemimpin masa depan yang mampu memberikan solusi kepada masyarakat yang
sedang dilanda kebingungan. Itu semua hasil dari sebuah proses pembelajaran
yang dilakukan dikampus maupun diluar kampus. Untuk itu mahasiswa dituntu
untuk leibh aktif mendapatkan informasi maupun pengetahuan baru tanpa harus
bergantung kepada dosen, karena dengan diskusilah kita dapat memperkaya
pengetahuan yang berasal dari sudut pandang yang berbeda. Berdiskusi
merupakan cara yang efektif untuk memecahkan suatu permasalahan.
Kebiasan berdiskusi
dikalangan mahasiswa saat terasa menipis, Memang tidak mudah untuk menumbuhkan
kesadaran bagi mahasiswa untuk membentuk kelompok diskusi atau forum diskusi.
Apalagi sekarang pola perilaku mahasiswa yang sifatnya hedonis
lebih tertarik pada acara hiburan diluar kampus dan tidak suka membiaskan
dirinya untuk berdiskusi dikampus, apalagi mahasiswa yang tidak berkeinginan
untuk terlibat dalam organisasi, ini menjadi faktor utama bagi mahasiswa
untuk tidak terbiasa berdiskusi. Hal itu bisa dilihat dari kehidupan lingkungan
kampus yang masyarakat kampusnya tidak terbiasa berdiskusi dan tidak memiliki
keinginan untuk ikut berdiskusi. Kehidupan kampus hanya menjadi sebuah rutinitas
tanpa henti setiap hari mahasiswanya kuliah pulang – kuliah pulang (Kupu-kupu),
kebiasaan seperti ini akan berpengaruh terhadap kualitas mahasiswa.
Dan akhirnya Tak sedikit
mahasiswa yang tidak mampu memberikan pendapat atau pandangan yang dipinta oleh
dosen mengenai sebuah isu atau kasus yang sedang hangat di perbincangkah di
tengah masyarakat atau kalangan elit birokrasi atau politisi seharusnya dia
seorang mahasiswa pembelajar mampu memberikan pandangan. Ini semua Karena faktor
mahasiswa yang tidak suka membaca buku, tidak mau membiasakan untuk ikut
berdiskusi dengan teman dan faktor ketidak mauan untuk mencari informasi. Hal
seperti ini akan menimbulkan ketidak pedulian terhadap penomena yang sedang
terjadi dilingkungan masyarakat setempat. Padahal isu yang sedang aktual
tersebut membutuhkan ruang untuk didiskusikan dan untuk dicarikan solusinya. Forum
atau kelompok diskusi harus dikembangkan di setiap Universitas atau Sekolah tinggi,
agar suasana lingkungan kampus hidup dengan kajian-kajian keilmuan dan
meningkatkan iklim kritis di kalangan mahasiswa. Banyak
manfaat ketika kita berdiskusi contohnya:
1. Belajar menyampaikan
pendapat peribadi
2. Belajar menganalisa sebuah
kasus
3. Belajar berkomunikasi
dengan baik
4. Belajar menghargai pendapat
orang lain
5. Membuat kemajuan (atau
membuat mahasiswa sadar akan kemajuan) menuju tujuan pembelajaran.
6. Mengatasi reaksi-reaksi
emosional dari mahasiswa
Dalam diskusi juga terdapat ide atau pendapat yang keluar dari kepala yang berbeda.
Dalam diskusi juga terdapat ide atau pendapat yang keluar dari kepala yang berbeda.
Dengan hadirnya forum
diskusi. Dinilai bahwa diskusi itu penting, kenapa penting? Karena dengan
diskusi membuat pikiran kita terus berjalan mencari sebuah kebenaran, dengan
ini maka akan terjadinya sebuah lingkungan kampus yang hidup dengan
kajian-kajian yang ilmiah dan dapat menjadikan mahasiswa peka terhadap kondisi
masalah sosial, ekonomi, politik, budanya, dan agama. Untuk
itu masyarakat kampus yang terbiasa berdiskusi akan memiliki
daya analisis yang tajam dan juga mudah memecahakan sebuah masalah. Mahasiswa
yang terbiasa berdiskusi berbeda dengan mahasiswa yang tidak suka berdiskusi,
mahasiswa yang pandai berdiskusi dia lebih mudah memberikan solusi terhadap
sebuah isu. Mahasiswa yang pandai dan rajin berdiskusi harus menjadi
terdepan dalam memberikan solusi. Untuk itu kampus haruslah menjadi sebuah
wadah bagi mahasiswa yang tidak hanya mendengarkan materi dari dosen tetapi
kampus juga harus menjadi sebuah wadah untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam
berdiskusi.
Serta kampus juga harus menjadi sebuah filter
bagi kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah atau elit politisi yang
sementara ini kebijakanya tidak memihak kepada rakyat.
Diskusi merupakan budaya
bagi mahasiswa.
Dan mahasiswalah yang harus membudayakan diskusi. Kalau
tidak dari kita para mahasiswa yang sadar dan mau membudayakan budaya diskusi, siapa
lagi yang akan membudayakan hal baik itu.
* Penulis adalah Pengurus Rayon
Ki Hadjar Dewantara PMII Komisariat Sunan Muria UMK,
Penggagas INMA (insan mulia) training center
dan Mahasiswa PBI-UMK semester 6
0 comments:
Posting Komentar