|
ISTIMEWA |
Rasa
bingung setelah lulus, rata-rata dirasakan sebagian mahasiswa yang telah melaksanakan
prosesi wisuda. Persiapan untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat terfikir
kurang. Karna mungkin proses dari masuk kuliah sampai lulus hanya di habiskan
di dalam kelas yang sempit saja.
Dalam
rangka follow up setelah lulus, entah
bekerja atau meneruskan ke jenjang lebih tinggi. Banyak dari wisudawan tidak
siap akan hal tersebut. Jejaring yang kurang dan minim skill membuat mereka
terasa menderita. Rasa menyesal pasti ada. Terasa ingin memutar ulang waktu
yang telah berlalu.
Disisi
lain ada beberapa wisudawan yang telah mem-follow
up dirinya untuk bekerja. Namun itu hanya untuk dirinya sendiri. Mengingat
ikrar yang di lantunkan dalam prosesi wisuda, bahwa ilmu yang didapat selama
kuliah untuk kesejahteraan bersama (bermaanfaat untuk bangsa dan Negara). Namun
terlihat bahwa ikrar tersebut banyak yang dilanggar. Karna mungkin niat awal
masuk kuliah adalah “Saya kuliah untuk bekerja”. Berarti virus egoisme sudah
menyebar pada mindset para agent of change. Lalu bagaimana jika itu
terus berlalu? Apakah seorang mahasiswa dicetak untuk mensejahterakan dirinya
sendiri? Atau dicetak untuk bergalau ria setelah wisuda?
Jadilah Pemikir yang
Bijak!