Senin, 12 November 2012

Dilema Pedagang Asongan di Poncol


Semarang- Kesejahteraan mungkin dikatakan jauh untuk para pedagang-pedagang asongan yang beroprasi di Stasiun Poncol, Semarang. Dengan jumlah 124 pedagang, persaingan untuk menjajakan barang dagangan semakin terasa. Ketika kamis kemarin (25/10) ditanya oleh reporter lentera, banyak dari mereka mengeluh tentang profesinya tersebut. Dari penumpang yang sepi sampai ada larangan untuk berdagang dilokasi tersebut.
Sedikit banyak peraturan

Kegiatan Harus Istiqomah


Muria Indah- Tiada hentinya solawat berkumandang dikantor komisariat PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat Sunan Muria. Kegiatan berjanjenan yang selalu dilakukan setiap malem selasa, ternyata banyak tersimpan perjuangan para keder yang ter-hiden. 
Perjuangan itu terlihat ketika dalam menjalankannya jarang sekali yang mengikuti. Dengan adanya permasalahan tersebut. Mau tidak mau dengan 4 orang atau bahkan 1 orang pun harus dilaksanakan.
“kami ingin istiqomah dalam melakukan suatu hal, mungkin dengan niat kami tersebut, dapat memberikan pengalaman hidup yang sangat berarti”. Kata Mujib kemarin.
Disamping mengharap syafaat dari kanjeng Nabi Muhammad SAW, para pemuda-pemuda  pergerakan juga melestarikan kabudayan Nahdhotul Ulama’ (NU) yang dimana ternyata idiologi Ahlusunnah Waljama’ah tesebut adalah idiologi yang diterapkan di kader-kader PMII.
Tidak luput pula kegiatan tersebut menunai banyak rintangan

Rabu, 15 Agustus 2012

Pencarian Bakat Sang Koruptor


Sudah tidak lazim lagi kita banyak mendengar permasalahan negri ini, dimulai dari adanya bencana alam dan permasalahan internal pada kepemerintahan. Namun permasalahan yang secara tidak langsung sangat merugikan rakyat dan penanganan sangat sulit dari pihak yang terkait adalah korupsi.
Sudah banyak iklan-iklan atau bahkan acara-acara mengenai kasus korupsi yang tidak kunjung berhenti. Hari perhari, bulan perbulan para koruptor pun bertambah, dan tidak dipungkiri lagi bertambah juga peliputan serta acara-acara yang berbau KORUPSI.
Ketika kita melihat disuatu acara persidangan tentang kasus korupsi dinegara tercinta, banyak sekali para terdakwa yang sangat pintar membolak-balikkan fakta dengan kata-kata sastra yang indah dan meyakinkan, dan ketika para terdakwa bingung menjawab pertanyaan dari hakim, dengan mudahnya menjawab “Tidak tau yang mulia……”, itulah para koruptor tercinta kita. Lalu perlukah bakat terpendam yang dimiliki para koruptor kita di tuangkan kedalam suatu sinetron atau bahkan kedalam film layar lebar?  mungkin sangatlah perlu, karena jika para sang koruptor menjadi sorang aktor dan aktris dengan contoh nama film Cinta Cenat-cenut Sang Koruptor maka film tersebut akan sangat laris dipasaran perfilman, dan pendapatan yang didapatkan sang koruptor akan terus meningkat, mengingat sang koruptor harus beristirahat didalam hotel jeruji emas.