“Lah trus bingungnya dimana to cuk?”Tanya Robi.
Ya takutnya, jika saya ikut organisasi, nanti
keteteran dalam membagi waktu dan akhirnya IPK jelek. Kan ya saya lagi semester
awal ndan. Jawab Hasim dengan semangat.
Ya diluruskan dulu niatnya. benar ketika masuk di
dalam perguruan tinggi memang kita Tholabul
Ilmi. Dalam Tholabul Ilmi kita
jangan terjebak dalam makna kata yang sempit. Belajar itu sangat lah luas.
Biasanya teman-teman kita itu berfikirnya sempit. mereka mengartikan belajar ya
hanya di kelas saja. Ketika diluar jam mata kuliah kebanyakan ya dibuat untuk
bersenang-senang, padahal susahnya kapan ya? Kok seneng-seneng. Sindir Robi.
Mengangguk-ngangguk itu yang di lakukan Hasim.
Coba kita mencoba befikir jauh sim, ketika kita
hanya memikirkan akademik saja. Apakah tidak rugi. Banyak ilmu diluar sana yang
belum kita mengerti. Ada beberapa dosen mengatakan, keberhasilan seseorang itu
ditentukan 60% dari soft skill dan 40% dari Hard skill. Soft skill di dapatkan
dari Non-akademis (Organisasi, dll) dan Hard skill dari Akademis. Jika semua
tidak seimbang nanti kita akan repot.
Lah trus manajemen waktunya gimana gus? Tanya Hasim.
Untuk masalah manajemen waktu pintar-pintarlah
membagi waktu. Ini saran dari saya, ditiru monggo, tidak ya ndak apa-apa.
Mainset pertama yang saya terapkan, setiap 1 hari ada 24 jam. Coba manfaatkan
betul waktu tersebut, minimal waktu 18 jam jangan terbuang sia-sia. Karna proses
S-1 adalah proses yang menentukan segalanya, dimulai dari kemandirian, tingkah
laku maupun cara berfikir kita. Jika ada waktu yang bersamaan antara organisasi
dan jam kuliah, maka pilihlah posisi mana yang paling penting. Ketika posisi di
organisasi sangat vital maka kuliah diliburkan dulu tidak apa-apa, dengan
konsekuensi harus faham materi yang telah diajarkan. Ketika di organisasi tidak
dalam posisi vital, maka silahkan untuk mengikuti perkuliahan dengan menjaga
komunikasi antar anggota organisasi. Yang penting lagi, ketika mempunyai tugas
akademik atau non-akademik segera di kerjakan. Jangan sampai menumpuk seperti
gunung Sinabung yang akhir meledak.
Geh gus, sambil mengangkat tangan layaknya hormat
sang saka.
Janjane tujuan ikut organisasi apa to gus? Tanya
Hasim penuh dengan wajah polos.Lah tujuanmu opo sim? Tanya balik dari RobiYa nak tujuanku ya golek konco gus, nak misal ono
seng cantik ya nyambi-nyambi to. Hahaha, guyonan Hasim
Walah-walah sim-sim. Kamu itu ancen MANJA, sindir
robi.
MANJA???? Maksute?, Hasim dengan penasarannya.
MANJA kui MANIS-MANIS JANCUUUK. Fikiranmu loh wadon
ae. Jawab Robi sambil ledek hasim.
Walah-walah, gus-gus. Gage gus mau tujuan organisasi
apa? Hasim penuh penasaran.
“Organisasi membuat kita semakin mandiri, organisasi
membuat kita lebih menghargai orang, organisasi membuat kita semakin bijak dan
organisasi membuat kita semakin matang” di pahami dewe ya. Sahut Robi.1 meneh sim. kita itu menghidupi organisasi, bukan
kita hidup di dalam organisasi. Jangan sampai kita menjadi benalu-benalu yang
setiap saat dengan mudahnya tereliminasi. Jurus pamungkan Robi dikeluarkan.
Ya wes bali bascam yo, tetap semangat sim.
Perjuangan itu tidaklah mudah. Namun yakinlah akan ada hari esok, kelak
perjuangan kita kan tercatat olah sejarah.
Geh gus, terima kasih ya atas masukkannya. Ya kulo
di warai terus, kan ya harene sampean. Kita harus perkuat solidaritas, “Ketika
1 sakit, semua harus merasa sakit. Ketika 1 di tindas semua harus bangkit
melawan”. Hasim dengan lantang.
Cerdas ya sim bakune kuwe. Kita bersama-sama mencoba
untuk menjadi kader yang terdidik dengan baik. Kuat mental dan intelektual. Ya
wes besok jam 10 bengi jagong nak warung ngarep kampus ya. Ajak Robi.
Siap gus. Hasim dengan nada semangat.
(Oleh: Prastyo)
0 comments:
Posting Komentar