Minggu, 28 Maret 2021

Mosi Tidak Percaya Konfercab Kudus, PC dan PKC Tidak Netral



Kudus, Lenterapmiiumk.com – Konferensi Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Konfercab PMII) Kudus XXIX berjalan dengan menyisakan beberapa polemik. Atas hal tersebut, Pegurus Komisariat (PK) PMII Sunan Muria memutuskan untuk Walk Out dari Konfercab. 

Penyelenggara kegiatan, Badan Penyelenggara Konfercab (BPK) PC PMII Kudus tidak melakukan sosialisasi terkait perubahan jadwal Konfercab. Sidang sementara yang seharusnya diadakan, tiba-tiba dilangsungkan dengan sidang tata tertib. Hal itu yang awalnya memicu peserta menjadi tidak kondusif dalam forum.

Saat berjalannya forum, PKC PMII Jawa Tengah juga tidak netral dalam mengawal jalannya Sidang Pemilihan Mandataris Ketua PC PMII Kab Kudus. Pimpinan sidang dianggap telah menyalahi PO, dengan mengambil keputusan yang tidak sesuai dalam aturan yang termaktub. 

Konfercab PMII Kudus dijadwalkan selama dua hari, terhitung dari Sabtu sampai Minggu (27-28/3) di Aula PCNU Kab Kudus. Peserta yang hadir sebanyak 36 orang. Terhitung dari 12 peserta penuh dan 24 peserta peninjau.

Menurut salah satu peserta Konfercab, Sahabat Yuwan menyatakan "Dari awal saya sudah merasa janggal terkait pembahasan tartib. Contohnya pimpinan sidang yang berasal dari pihak cabang. Seharusnya itu berasal dari peserta penuh. Pengambilan keputusan juga tidak netral, dan terkait logistik yang tidak jelas pula.” 

Yuwan menambahkan bahwa, keputusan PK PMII Sunan Muria dan rayon di bawah naungannya Walk Out dari konfercab adalah langkah yang benar. Ia merasa forum sudah jauh dari kata kondusif. Forum tersebut bukan musyawarah lagi, dengan mengesahkan opsi-opsi dengan sepihak.

Konfercab PMII Kudus dihadiri dua komisariat dari kampus terbesar di Kudus, yaitu Komisariat Sunan Muria (UMK) beserta rayon di bawahnya dan Komisariat Sunan Kudus (IAIN) beserta rayon di bawahnya. Konfercab kali ini menimbulkan kekecewaan bagi peserta dari Komisariat Sunan Muria. 

Ketua PK PMII Sunan Muria Sahabati Rika menuturkan, "Saya sangat kecewa dengan konfercab tahun ini yang hanya dilaksankan guna kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan organisasi. Dari tanpa adanya sosialisasi tentang adanya konfercab, mempersulit administrasi, dan beberapa kerancuan lainnya. Puncaknya, Ketua Pimpinan Sidang (Pimsid) yang berasal dari perwakilan PKC tidak adil, sehingga kami memutuskan untuk walk out.

Dari berbagai banyak kejanggalan yang dilakukan oleh BPK, PC PMII Kudus, dan PKC PMII Jawa Tengah, pihak Komisariat Sunan Muria menyatakan Press Release. Berikut point permasalahan yang menjadi alasan PK PMII Sunan Muria dan Rayon di bawah naungannya memilih untuk walk out dari forum.

1. Draft konfercab melanggar AD/ART dan Pedoman Organisasi

2. Pimpinan sidang Mandataris tidak obyektif dan terkesan mengintervensi pada salah satu pihak

3. Mekanisme persidangan tidak sesuai dengan aturan dan produk hukum PMII yang ada, termasuk jalannya persidangan

4. Pengambilan keputusan presidium sidang diambil secara sepihak tanpa memperhatikan quorum

5. Pengambilan keputusan dalam sidang Mandataris di proses pemilihan, forum hanya terdiri dari Komisariat Sunan Kudus dan tidak memperhatikan komisariat Sunan Muria

6. Panitia Konfercab, dalam hal ini BPK tidak melakukan keterbukaan informasi dan tidak mampu menjalankan tugasnya secara profesional dalam Konfercab PMII Kudus XXIX

7. Dalam hal konfercab salah satu oknum pengurus PMII cabang Kudus melakukan plagiasi dengan mengeluarkan SK yang bertandangan palsu di beberapa SK Rayon dan komisariat


(Deka/Lentera)


Selasa, 16 Maret 2021

Angkatan Penggerak : Pantaskah Kalian Lelah ?

Sumber: abulyatama.ac.id

    

Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu tujuan untuk digapai bersama. Organisasi juga yang telah membentuk pola pikir dan pandangan para anggotanya. Disini kalian juga dibentuk untuk saling menghargai sampai berjuang bersama. Sampai pada titik khusus adalah kalian akan merasakan apa itu fanatisme.

Dalam dunia kampus, Organisasi adalah tempat berproses untuk para mahasiswanya. Entah itu organisasi internal ataupun eksternal kampus. Setiap Ormawa (Organisasi Mahasiswa) pasti punya arah gerak masing masing dalam meraih tujuan. Dalam proses tersebut pasti ada yang namanya fluktuasi keaktifan kadernya.

Dalam posisi  semangat menurun, bukan berarti kalian harus memejamkan mata dan menoleh kebelakang. Tapi tegakkan badan  dan lihatlah kedepan.

Gelombang Para Tunas Baru

Setiap tahun pasti akan ada yang namanya anggota baru. Akan terus bertambah jika sistem kaderisasi anggota berjalan dengan baik. Kenyamanan menjadi kunci paling penting dalam sistem kaderisasi. Sehingga yang ditunjukan adalah semangat mereka dalam menjalani setiap proses di organisasi.

Disetiap acara, mereka akan datang dengan perasaan senang dan semangat. Melihatkan antusias yang tinggi. Seakan merekalah orang paling haus ilmu dan pengalaman di dunia ini.

Masa Kalian Belum Habis

Tapi masalah mulai muncul, ketika para senior yang lebih dulu menunjukan ke jenuhanya. Beranggapan bahwa masa mereka selesai. Masa yang akan datang adalah milik mereka para anggota baru.

Padahal disinilah posisi kalian sebagai kader yang sebenarnya. Mendidik para juniornya agar ilmu yang sudah terserap bisa di tularkan.

Juga Bekerja keras menjalankan kendaraan organisasi seperti tujuan awal.  Bukan berhenti hilang dan lupakan.

Disamping itu kesibukan mungkin salah satu alasan klasiknya. Padahal manajemen waktu dan prioritaslah yang diperlukan. Kalian pasti bisa berjalan dan menikmati setiap perjalanan dengan tenang.

Lihatlah mata setiap pemimpin kalian, betapa beratnya beban dan tanggung jawab yang ia pikul. Mereka rela untuk mengorbanka banyak hal, bahkan yang paling penting sekalipun. Kebahagiaan anggota lebih penting daripada diri mereka sendiri.

Jadi, jangan biarkan dia berdiri sendiri. Karena kerja sama tim adalah hal terpenting setiap organisasi.

Renungkan kembali niat kalian saat pertama  mengambil langkah bergabung di rumah yang dinamakan organisasi.Tegakkan badan kalian dan lihatlah kedepan. Kepalkan tangan  dan majulah kemuka. Berikanlah yang terbaik pada organisasi, maka suatu saat  pasti kalian akan menuai hasilnya.


 Artikel ini ditulis oleh: 

 Bunga Matahari. Kader Rayon Ki Hadjar Dewantara. lahir dan besar di Kudus. Seorang yang jenaka, tawa dari sahabatnya merupakan harta  yang berharga.

 

 

 

 

 



 

 

 

Senin, 08 Februari 2021

JEJAK SUNAN MURIA : AJARAN MERAWAT BUMI DAN KESENIAN JAWA

 



Raden Umar Said atau yang dikenal Sunan Muria merupakan salah satu Wali Songo yang berhasil menyebarkan agama Islam di daerah utara Jawa tepatnya di sekitar Gunung Muria.

Kisah perjuangan beliau membangun masyarakat yang religius di atas Gunung Muria bukanlah hal yang mudah. Berdakwah di  masyarakat dengan kepercayaan animisme merupakan tantangan tersendiri  untuk Sunan Muria.

Menyayangi bumi dan mempelajari agama menjadi dua materi yang masuk dalam pendekatan . Beliau menekankan bahwa kehidupan itu bukan serta merta menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga dengan lingkungannya.

Sunan Muria  berdakwah sambil mengajarkan keterampilan mengolah bumi untuk masyarakat Colo. Mereka diajari bagaiman beternak, berkebun, dan mengolah hasil bumi.

Peninggalan jejak Sunan Muria di bidang kesalehan dengan alam sekitar adalah tumbuhan hasil olahannya bersama dengan masyarakat Colo atau Lereng Gunung Muria yang berupa pohon Kayu Adem Ati, hutan Jati Keramat, Kayu Pakis Haji, Buah Pari Joto, dan Ngebul Bulusan.

Masyarakat Colo percaya bahwa tanaman-tanaman tersebut penuh keberkahan sebagai peninggalan Sunan Muria. Salah satunya adalah buah Pari Joto yang berkhasiat untuk kebaikan janin bagi orang hamil.

Membaur dengan Kesenian Jawa

Beliau memiliki keahlian memainkan gamelan dan wayang. Kemahirannya dalam bidang seni ini pula yang membuat Sunan Muria mampu melahirkan tembang berjudul Sinom dan Kinanti.

Melalui lagu-lagu itulah Sunan Muria menyelipkan nilai-nilai Islam sehingga dapat membaur dengan masyarakat. Sehingga ajaran islam berangsur di terima dan menyebar di sekitar Gunung Muria.

Dari jejak Sunan Muria tersebut maka masyarakat dituntut untuk terus melestarikan lingkungan sekitar agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan manusia itu sendiri. Serta tak lupa mencintai budaya bangsa sendiri.

Jangan sampai kita terjajah oleh budaya luar. Wujud kepribadian seorang muslim dan muslimah  seperti itulah yang ingin dibentuk oleh Sunan Muria dalam dakwahnya.

Artikel ditulis oleh:

Saka. Kader Rayon Ki Hadjar Dewantara. lahir dan besar di lereng muria. Seorang yang jenaka, tawa dari sahabatnya merupakan harta  yang berharga.

 

 

 

 

 

Minggu, 07 Februari 2021

MENJADI SAMA DI ATAS PERBEDAAN

 



Bukankah memiliki lebih dari satu komitmen untuk menyikapi beberapa hal yang berbeda dapat menambah kecakapan seseorang? Terkadang seseorang memilih untuk tidak berkomitmen pada dua hal yang berbeda. Kejadian ini disebabkan seseorang takut tidak diterima, hanya karena dia memiliki komitmen bertolak belakang.

Komitmen bukan hanya tentang tanggung jawab dan apa saja kewajiban yang harus ia kerjakan. Namun juga apa yang bisa dipelajari dari setiap komitmen yang ia pegang.

Harusnya orang Indonesia tidak bisa memungkiri bahwa ia hidup di negara yang kaya akan keberagaman. Namun kebanyakan orang Indonesia menyalah artikan keberagaman itu sebagai sebuah persaingan. Artinya kelompok lain tidak boleh lebih baik dari kelompoknya. 

Sebuah persaingan bisa berdampak positif, seluruh orang dapat berlomba-lomba menunjukkan hal terbaik yang ada pada dirinya. Namun akhir-akhir ini perlombaan itu menjadi sarang keegoisan yang cenderung mengakibatkan persaingan tidak sehat hanya karena politik dan kekuasaan. Akibatnya mereka lupa bagaimana cara menghargai kelompok lain. 

Isu-isu perpecahan yang makin marak di Indonesia ternyata juga terjadi di dunia perkuliahan yang notabene dipenuhi oleh kaum intelektual. Nepotisme ternyata masih menjadi budaya yang belum bisa hilang bahkan setelah muncul kebudayaan baru bernama kolaborasi.

Perang politik untuk merebutkan kekuasaan seolah menjadi hal wajib yang ada pada kehidupan organisasi di dunia perkuliahan. Mereka saling menyalahkan satu sama lain bahkan cenderung menjelek-jelekkan lawannya agar terlihat paling sempurna didepan umum. Mana makna intelektual yang lekat ada pada diri mahasiswa?

Masihkah ada Pancasila diantara kita? Pancasila mana yang katanya sebagai pandangan hidup bangsa? Apakah kita lupa dengan nilai-nilai yang kita terima saat berada pada bangku pembelajaran? Atau mungkin kita perlu duduk di bangku itu lagi untuk mengingat nilai-nilai yang sudah lama terkubur oleh keserakahan dan keegoisan diri yang semakin menjadi-jadi?

Sungguh, harusnya kita malu dengan anak-anak yang ada di bangku Sekolah Dasar. Karena setiap pagi mereka masih melafalkan Pancasila dan menempatkan Pancasila pada sanubarinya. 

Sesungguhnya kita memiliki tujuan yang sama. Dan harusnya kita tidak perlu memperebutkan siapa yang paling memiliki sumbangsih dalam memajukan Indonesia pada umumnya serta Organisasi perkuliahan pada khususnya.

Kita ini sama, sama-sama memiliki sumbangsih demi memajukan Indonesia. Jadi untuk apa saling menunjukkan dirinya yang terbaik jika kita bisa berjalan selaras, saling menghormati, serta bersama-sama mencapai cita-cita yang sama.

Akan lebih mudah jika mencapai tujuan tertentu dengan bergerak bersama tanpa memiliki pandangan “Mereka lebih buruk”. Hai… bagaimana kita bisa mengetahui kita lebih baik dari yang  lain jika untuk mendekatkan diri, saling bertukar pikiran, dan saling mengenal saja tidak pernah kita lakukan? 

Hingga semua itu selalu menempatkan manusia pada dua pilihan yang berbeda. Mengapa seseorang selalu dihadapkan pada dua pilihan? Lalu bagaimana jika seseorang itu bisa menjalankan kedua pilihan itu secara bersamaan? Apakah dia berdosa? Tidak, justru dia orang yang mudah berkembang karena dia bisa menjalankan dua pilihan pada dua komitmen yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. 

Perbedaan itu baik jika ada toleransi di antara dua hal yang berbeda. Namun dewasa ini, seseorang bisa dengan mudah mengkafirkan orang lain hanya karena mereka berbeda. Seseorang mudah sekali menganggap orang lain berdosa karena tidak sepaham dengannya. Lucu sekali, kini tugas Tuhan seolah sudah berada ditangan ciptaan-Nya.(*)


Artikel Ditulis oleh: 

Dean, seseorang yang penuh tanya, penuh ambisi, serta suka bercerita tentang semua hal yang meresahkan di dunia. Aktif pada siang hari namun lebih aktif lagi pada malam hari.

 

Kamis, 04 Februari 2021

KELUARGA MAHASISWA UMK MENGGELAR AKSI PEDULI BANJIR KUDUS

Foto: Relawan dari Ormawa UMK membantu membungkus nasi untuk didistribusikan kepada korban bencana banjir Kudus. (Dik/Lentera)


Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMK menjadi motor penyelenggara Aksi Peduli Banjir Kudus. Kegiatan tersebut dilangsungkan pada Kamis, (4/2).

Aksi tersebut berada di tiga titik desa terdampak di kudus yaitu di desa Setrokalangan, Jati wetan, dan Pasuruan Lor. Tingginya curah hujan serta meluapnya sungai wulan merupakan penyebab terjadinya banjir di kecamatan Kaliwungu dan berbagai desa di Kudus. 

Kondisi banjir di Desa Setrokalangan masih terbilang mengkhawatirkan. Ketinggian air masih setinggi lutut orang dewasa.

Aksi yang bertajuk Panggilan Jiwa Relawan tersebut diikuti oleh berbagai organisasi mahasiswa (ORMAWA) di lingkup UMK. Mulai dari UKM, BEM Fakultas, Hima Prodi sampai Organisasi eksternal seperti PMII, HMI, dan sebagainya.

Selain itu Keluarga Mahasiswa UMK juga terus berkoordinasi dengan lembaga terkait guna memaksimalkan bantuan yang diberikan. Di antaranya adalah BPBD, PMI, dan yang lainnya. 

Koordinator acara Muhammad Sokhibul Imam (20) menambahkan, tujuan kegiatan ini sebagai  bentuk kesigapan keluarga mahasiswa UMK dalam pengawalan pembangunan di kabupaten Kudus, khususnya tindak bencana alam.

“Untuk pendistribusian tenaga di lapangan, tanpa komando silakan bergabung dan membantu yang lain baik di dapur umum maupun gudang," ujar laki laki yang akrab disapa Marcel ini.

Di akhir kegiatan tersebut terlihat raut muka yang lesu dari para mahasiswa. Mereka saling bahu membahu bergerak bersama atas nama kemanusiaan. Tapi dibalik itu ada pengalaman yang tak akan pernah mereka lupakan.

Dengan diadakannya kegiatan seperti ini mengukuhkan tentang seorang mahasiswa yang harus berpegang teguh pada Tridarma Perguruan Tinggi. Khususnya poin ketiga yaitu pengabdian masyarakat. (Dik/Lentera)



Selasa, 02 Februari 2021

PERGERAKAN MANUSIA TIDAK STAGNAN




Dalam sebuah hidup manusia, pasti tidak stagnan. Kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan. Hal itu akan menunjang perkembangan diri manusia itu sendiri. 

Jangan terlalu mengikuti alur kehidupan. Terjang apa yang seharusnya menjadi kehendak diri demi kebaikan. Yang dibutuhkan manusia adalah menjadi kreatif dan inovatif, demi menjebol dinding kebosanan.

Fungsi kreativitas dalam proses inovasi merupakan pembangkitan ide. Hal tersebut akan menghasilkan penyempurnaan, efektivitas, dan efisiensi pada suatu sistem.

Ada dua aspek penting pada kreativitas, yaitu proses dan manusia. Proses yang berorientasi tujuan, yang didesain untuk mencapai solusi suatu permasalahan. 

Sedangkan manusia merupakan sumber daya yang menentukan solusi. Proses tetap sama, namun pendekatan yang digunakan dapat bervariasi. Antara wirausahawan yang satu dan yang lainnya pastilah melakukan cara atau strategi yang berbeda-beda dalam membangun bisnisnya. 

Cara atau strategi inilah yang menentukan hasil akhir yang akan dicapai. Semakin kreatif orang tersebut menggunakan peluang yang ada, maka semakin baik pula hasil dari bisnis yang mereka jalankan.

Hambatan-hambatan tersebut hendaknya diminimalisir atau justru dihilangkan. Pasalnya, dalam berwirausaha kreativitas sangatlah dibutuhkan dan jangan sampai hambatan menjadi permasalahan yang membuat ide kreatif kita tidak berkembang. 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kreativitas wirausaha merupakan kemampuan seseorang untuk menuangkan ide dan gagasan melalui berpikir kreatif. Mampu menciptakan sesuatu yang menuntut pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras, dan ketekunan.

Selain kreatif, hal lain yang diperlukan dalam berwirausaha adalah inovatif.  Dengan inovasi, wirausahawan dalam menciptakan sesuatu baik sumber daya produksi baru maupun pengelolaan sumber daya yang ada dengan peningkatan nilai potensi. Potensi yang difokuskan adalah menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada.

Cara mengembangkan inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, wirausahawan tersebut harus mengenali hubungan. Banyak penemuan dan inovasi lahir sebagai cara pandang terhadap suatu hubungan baru dan berbeda antara objek, proses, bahan, teknologi dan orang. 

Untuk membantu memunculkan kreativitas, kita dapat melihat cara pandang kita terhadap hubungan kita dengan lingkungan alam sekitar. Orang yang kreatif akan memiliki hubungan intuisi tertentu untuk dapat mengembangkan dan mengenali hubungan yang baru. 

Selain itu untuk dapat melakukan kreativitas agar dapat berimajinasi yang inovatif, gunakanlah otak bagian kanan, sedangkan otak bagian kiri digunakan untuk bekerja. 

Proses kreativitas yang inovatif meliputi pemikiran logis dan analitis terhadap pengetahuan, evaluasi dan tahap implementasi. Jadi bila kita ingin lebih kreatif, kita harus melatih dan mengembangkan kemampuan kedua otak kita tersebut. 

Terakhir, untuk menjadi seorang yang kreatif dan inovatif dalam berwirausaha, maka kita harus selalu berfikir positif. Tujuannya agar dapat menjadi orang yang sukses.

 

Artikel ditulis oleh:

Roy. Mahasiswa manajemen kelahiran Pati, Mei 2000. Senang membuat tulisan yang mengandung unsur seseorang harus punya kreativitas dan inovatif dalam hidup, tidak hanya stagnan mengikuti alur kehidupan.


Minggu, 31 Januari 2021

RAKER ESA, SIAP MENJALANKAN KENDARAAN ORGANISASI

Foto: Sesi presentasi dan tanya jawab Academic Devision yang berjalan alot. (Dik/Lentera)


ESA (English Student Association) berhasil menyelenggarakan Rapat Kerja peride 2021-2022. Kegiatan tersebut berjalan cukup alot. Meski hujan deras mengguyur di tengah kegiatan, tidak menyurutkan semangat 29 mahasiswa yang hadir, (30/1).

"Jadi tujuan diadakannya acara ini tujuannya merancang dan menyusun Program Kerja ESA periode 2021-2022. Para Pengurus harus paham mengenai betapa pentingnya suatu program kerja bagi keberlangsungan sebuah organisasi,” ungkap Ilham, chief of ESA.

Ilham mengungkapkan, Program Kerja ibarat sebuah kendaraan. Jika kendaraanya dalam keadaan baik, maka suatu organisasi akan mudah untuk mencapai tujuan.

Sebelum Rapat Kerja dimulai, Ilham menyampaikan AD ART ESA kepada para anggotanya. Harapanya dengan adanya AD ART ESA ini, bisa menjadi pijakan langkah ESA kedepanya.

Divisi ESA yang terdiri dari Academic Division, HRD Division, Social Division, dan Diplomatic Division mempresentasikan Program Kerja masing-masing dengan suasana yang cukup alot. Beberapa pengurus menyampaikan pendapatnya berupa masukan, sanggahan, sampai kritikan secara terus menerus.

Setelah kegiatan tersebut berakhir, seluruh pengurus meninjau kembali semua Program Kerja yang sudah mereka presentasikan. Rencananya hasil Rapat Kerja tersebut akan disampaikan di Musyawarah Besar bersama seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di lingkup FKIP.

Kegiatan bertempat di Jembangan Coffee and Resto tersebut dihadiri langsung oleh Bapak Mutohhar, pembina ESA periode 2020-2021. Dengan adanya acara tersebut, diharapkan seluruh pengurus mampu memahami aturan-aturan yang tercantum di AD ART ESA.

Tak hanya sebatas memahami, seluruuh anggota juga dituntut mampu mengaplikasikannya dengan baik. Pengurus berharap bisa menjalankan seluruh program kerja ESA periode 2021-2022 secara maksimal. (Dik/Lentera)


Sabtu, 30 Januari 2021

SAFARI ALUMNI RAYON KHD, FORUM KHUSUS MENJALIN KEDEKATAN DENGAN SENIOR

Foto: Kehangatan yang terjalin antar kader ketika sesi bincang-bincang berlangsung. (Sya/Lentera)

PMII Rayon Ki Hadjar Dewantara (KHD) menyelenggarakan kegiatan Safari Alumni bertempat di Piji, Dawe, rumah Sahabat Sholikin, (28/1). Safari Alumni merupakan kegiatan untuk menjalin silaturrahim ke rumah para senior. 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh pengurus Rayon KHD. Sebanyak 10 kader berkenan untuk mengikuti acara tersebut. Tujuan diselenggarakannya kegiatan rutin tersebut untuk membangun kedekatan emosional dengan para kader lintas periode.


Kegiatan tersebut berbarengan dengan hajat sahabat Sholikin. Dengan doa bersama kegiatan dimulai. Tujuannya agar dipermudah dalam segala aktivitasnya, termasuk kegiatan skripsi yang hampir selesai. Setelah itu dilanjutkan dengan bincang santai.


"Tujuan kita berkumpul pada saat ini adalah selain berdoa bersama, juga saling sharing tentang pengalaman kita sebelumnya. Yang kebetulan lebih dahulu belajar dan berproses di PMII, dan saya harapkan bisa menjadi pembelajaran untuk langkah rayon kedepanya," ungkap Sahabat Sholikin, Senior Rayon KHD. 


Selain itu Sahabat Luqman juga mengungkapkan, kegiatan tersebut harapannya tidak hanya sebagai agenda rutinan, melainkan bisa menjadi forum timbal balik curahan hati kita selama ini. Dikarenakan beberapa hari yang akan datang mungkin belum bisa selues sebelumnya, karena kesibukan masing-masing.


Pada pertengahan acara pengurus rayon KHD berhasil dibuat terharu oleh pernyataan tersebut.  Suasana menjadi hening karena seolah olah hari tersebut merupakan hari terakhir mereka bisa bertemu dalam satu forum. 


Selesai acara diskusi singkat tersebut, kemudian dilanjutkan dengan salat ashar berjamaah. Setelah itu, pengurus pun berpamitan dan pulang kerumah masing masing. Dengan harapan setelah hari itu mereka semakin yakin dalam berproses di PMII, khususnya Rayon Ki Hajar Dewantara. (Sya/Lentera)




Jumat, 29 Januari 2021

PELATIHAN ADMINISTRASI RAYON KHD, ADMINISTRASI BAIK ORGANISASI AKAN SEHAT

Foto: Sesi dokumentasi foto bersama seluruh peserta setelah kegiatan selesai. (Di/Lentera)

Kegiatan bertema ‘Tertib Beradministrasi dalam Perjalanan Organisasi’ diselenggarakan oleh PMII Rayon KHD. Kegiatan tersebut berhasil menarik perhatian anggota Rayon KHD sebanyak 25 peserta, (28/1).

"Jadi tujuan dari diadakannya kelas administrasi kali ini adalah membuka mata para anggota Rayon KHD. Para Kader harus paham mengenai betapa pentingnya administrasi bagi organisasi,” ungkap Sahabat Dika, Ketua Rayon KHD. 

Dika mengungkapkan, administrasi ibarat jantung daripada organisasi. Jadi ketika administrasinya baik maka organisasi tersebut akan sehat.

Kegiatan bertempat di Sekretariat baru Komisariat Sunan Muria tersebut menghadirkan bintang tamu Sahabat Faiz Fatwa. Faiz merupakan sekretaris I, PC PMII Kudus periode 2020/2021.

Pada akhir acara dimeriahkan dengan live music dari ‘Dewantara caustic’ yang berhasil memberikan penampilan terbaiknya. Semua sahabat sahabati merasa sangat terhibur dengan persembahan live music tersebut.

Setelah kegiatan tersebut berakhir, pengurus tidak mau peserta melupakannya begitu saja. Rencananya akan diadakan follow up dari acara tersebut. 

Follow up akan berisi tentang praktek membuat surat masuk untuk instansi tertentu. Contohnya bisa berupa surat undangan mapaba, RTAR,  pelantikan,  dsb. 

Surat yang telah dibuat akan direvisi langsung dari Ketua Rayon. Setelah itu, diharapkan semua peserta mampu memahami dan mengaplikasikan bagaimana aturan-aturan surat menyurat dalam PMII. (Di/Lentera)

Rabu, 27 Januari 2021

MENJADI MAHASISWA YANG MEMBOSANKAN

 

Sumber: www.tangerangnet.com/2019/09/pc-pmii-lebak-punya-agenda-tersendiri.html

Hay… assalamualaikum, pernah nggak kalian berfikir buat apa kita di sekolahin? Tidak ada orang baik selain orang tua kita. Hanya mereka yang tau kebutuhan kita. Merekalah yang paham masa depan kita, iya, masa depan yang dari awal sudah direncanakan dan diagung-agungkan.


Orang tua menaruh harapan besar pada kita. Mereka berharap agar kita menjadi orang yang lebih baik dari mereka.  Apapun kondisin mereka, percayalah meraka akan berusaha demi memperjuangkan pendidikan kita. Tanpa kita sadari, itu adalah warisan yang berharga.

Banyak pemuda ingin menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Beruntunglah kalian yang mampu menikmati bangku kuliah. Karena hal tersebut mampu merubah pola fikir dan kehidupan kita, baik di dalam kampus maupun di masyarakat.

Di dalam kampus, mahasiswa yang miskin pura pura kaya karena situasi pergaulan. Sedangkan di masayarakat, mereka dianggap orang yang sempurna dalam pendidikan. Mahasiswa dianggap serba tau, pemuda istimewa di lingkungannya.

Kita tau kuliah tidak hanya tentang nilai dan IPK belaka. Tujuan kuliah juga untuk meningkatkan wawasan, pemahaman, dan skill. Kuliah bagaikan membeli situasi, situasi yang mendorong kita untuk melakukan hal tersebut.

Orang-orang menganggap mahasiswa terbagi menjadi beberapa tipe. Mereka adalah mahasiswa organisatoris, akademis, dan aktivis. Semuanya sama saja, sama-sama menyedihkan. Karena seberapa mentereng prestasi, pengalaman organisasi, atau aktivitas advokasi yang ada di CV yang kamu buat, pada akhirnya kamu akan tetap menjual diri di pasar kerja. 

Etsss, jangan gagal faham dulu. Ada hal menarik yang perlu kita bahas, mengingat status kita sebagai mahasiswa. Kalau boleh tau, apakah di kampus kalian menghabiskan waktu sebagai mahasiswa akademisi yang fokus dengan kuliah? Atau sebagai formalitas semata, kuliah, pulang, dan pacaran? Atau mahasiswa organisator, mungkin juga sebagai mahasiswa aktifis?

Entah kenapa sampai sekarang saya masih gagal paham kenapa banyak sekali orang memperdebatkan pertanyaan konyol tersebut. Maksud saya, kenapa sih orang-orang suka sekali membanding-bandingkan, dan merasa label yang satu lebih bagus dari yang lainnya?

Mahasiswa yang pro akademik biasanya akan menjadi Aslab (asisten laboratorium) dan  Asdos (Asisten dosen). Mereka lebih senang mengglorifikasi pentingnya mengoleksi nilai A semasa kuliah. Bagi mereka, yang bilang IPK nggak penting itu terlalu malas, jika tidak mau dibilang bego.

Lagian, nilai bagus adalah bukti kalau kita serius dan bertanggung jawab dengan kewajiban menuntut ilmu. Mereka lalu melancarkan pukulan seperti petinju dengan mengatakan “Organisasi buat apa, hah??? Toh kalau IPKmu kecil, boro-boro skillmu dicari di dunia kerja, melamar pekerjaan dengan syarat IPK minimal 3 aja nggak akan bisa!” Mamam noh organisasi.

Mahasiswa organisatoris so called pejabat kampus, mereka senang sekali mengagung-agungkan skill kepemimpinan, komunikasi, dan sosial. Menurut mereka (biasanya sambil mengutip artikel tentang 20 skill yang dibutuhkan perusahaan di dunia kerja) jauh lebih penting dari sekadar mengejar nilai semata.

Kuliah memang nggak hanya nilai T di akedemisi, nggak hanya diajari tentang teori dan pratikum mata kuliah. Sebagai oraganisator, kita dididik untuk menjamin diri sendiri setelah menjadi mahasiswa. Tentang pengalaman, leadership, track record relasi didapatan selama jadi mahasiswa organisator. Meskipun pada kenyataannya hal tersebut banyak sekali menyita pikiran, tenaga, waktu, dan bahkan uang.

Di sebrang jalan, mahasiswa aktivis biasanya mengacungkan jari tengah kepada keduanya. Lalu bilang kalau mahasiswa organisatoris dan akademis ini hanya sekelompok orang egois. Mahasiswa yang lupa akan tugas mereka.

Halo Bung dan Nona, Mahasiswa itu harusnya memikirkan rakyat! Ngapain jadi pejabat kampus? Apa itu pejabat kampus? Humasnya rektorat? Bung dan Nona mengaku seorang akademisi, tapi hanya mencari ilmu untuk dirinya sendiri? Apakah anda merasa terlalu tinggi untuk berguling di lumpur bersama rakyat? “Eh mau ngapain juga guling-guling di lumpur,” egois kalian semua itu!

Ilmu yang diperoleh selama belajar di universitas harusnya disebarkan kepada masyarakat kecil yang tidak sempat mengecap pendidikan. Bukannya malah dipakai memperkaya diri sendiri dengan memilih hidup nyaman dan kerja di korporasi. 

“Sekali-kali keluar dong ke jalan! Ilmu nggak cuman bisa di dapatkan di kelas!” Ungkapan yang biasanya dilontarkan mahasiswa aktivis keitka demo. Sementara itu, mahasiswa yang selama kuliahnya cuma kuliah, pulang, ngewibu, dan ketiduran, menonton keributan mereka sambil makan pop corn.

Kenapa saya bilang membanding-bandingkan, dan mencari kegiatan mana yang lebih baik dilakukan di kampus itu konyol. Ya, karena sebenarnya saya tahu kalau mereka itu aslinya sama-sama aja. Sama-sama menghabiskan waktu kuliah dengan cara menyedihkan. 

Begini, saya bisa jelaskan. Mahasiswa organisatoris atau pejabat kampus menghabiskan waktu kuliah mereka dengan menggarap berbagai program kerja. Mulai dari acara pengembangan semacam diskusi, workshop, dan seminar, sampai acara  senang-senang.
Dalam setahun, kegiatan yang mereka lakukan bisa banyak sekali lho (Supaya bisa minta banyak uang ke rektorat yang pelit, tentu saja). Selama masa kerja itu, mereka harus mau rapat kepanitiaan sampai malam, begadang membuat TOR dan rundown, membuat desain gratisan, hingga wara-wiri ke sana kemari mencari sponsorship.

Lah… ini kan namanya kerja gratisan. Lebih parah dari perburuhan, karena nggak pernah dapat upah. Terus kenapa dong kalian begitu bangga dengan perbudakan modern semacam ini. Eitsss, Yang akademisi jangan ketawa dulu.

Menjadi seorang Aslab/Asdos/Asprak/Aspirin atau apa pun lah itu namanya mungkin terdengar keren. Kamu juga akan banyak dicemburui teman-temanmu karena menjalin hubungan yang sangat dekat dengan dosen sampai-sampai disebut “Anak kesayangan dosen”.

Tapi, kamu tahu sendiri bahwa kamu sebenarnya juga jadi korban perbudakan di jurusan atau prodi. Dan yang lebih mengerikan, kamu bahkan nggak bisa bilang “Tidak” saat diberikan tugas, karena sangat sungkan.

Kenapa sih harus memperlakukan dosen seperti itu? Apa yang ingin kalian tunjukan sampai-sampai mau-maunya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang harusnya bisa dilakukan dosen itu sendiri? Kalian sadar nggak kalau kalian tuh dimanfaatkan?
Dosen-dosen nggak melihat kamu secara setara. Mereka lebih berpikir kalau waktu mereka lebih penting, sementara kamu nggak. Makanya pekerjaan mereka kamu yang melakukan, jadi mereka bisa gosip haha hihi ketika jelas-jelas sebenarnya kamu juga punya banyak tugas lain sebagai mahasiswa. Lalu, diperlakukan seperti itu kamu masih bangga?

Terakhir,  mahasiswa aktivis yang mengaku paling peduli dengan rakyat dan kaum yang tertinggal , padahal dirinya sendiri meninggalkan terlalu banyak urusan kampus sampai kuliahnya kedodoran.

Abai pada kampus itu bertentangan dengan amanat rakyat lho. Yang membayar kuliahmu sekian persennya subsidi dari rakyat kan? Kalau kamu terlalu lama di kampus, artinya uang UKTmu yang mahal itu, yang sebagian dari keringat rakyat yang bercucuran itu, dibiarkan menguap begitu saja.

Memang tidak salah jika tidak lulus cepat dan lebih banyak menghabiskan waktu sebat di jalan tidak merugikan orang lain. Tapi, omong kosong jadinya dengan perjuangan yang kamu koar-koarkan, ketika kamu sendiri masih terbelenggu dengan beban kuliah sekian SKS dan skripsi yang tidak pernah kamu jamah lagi.

Kita sebenarnya boleh saja jadi organisatoris, akademis, aktivis, atau jadi tiga-tiganya sekalian. Tapi merasa lebih superior dan mendiskreditkan mahasiswa lain hanya karena memilih jalan yang berbeda adalah hal yang sangat konyol. Apa pun yang kamu lakukan untuk menghabiskan waktu saat menjadi mahasiswa, pada akhirnya kamu akan tetap menjual diri di pasar kerja.

Jika tujuannya hanya pamer, ingin menunjukan kalau “Aku menghabiskan waktu kuliahku dengan lebih berfaedah dari kamu,”seberapa mentereng prestasi, pengalaman organisasi, atau aktivitas advokasi yang ada di CV mu, sama saja tidak ada gunanya.
Itu kan yang ada di kepalamu? Ingatlah, jika kamu benar-benar kuliah untuk tujuan sebenar-benarnya pendidikan, kamu nggak akan sibuk dengan nyinyir apa yang dilakukan oleh mahasiswa lain.

Jika kamu benar-benar belajar saat menjadi mahasiswa, kamu akan lebih banyak berpikir, membaca, berdiskusi, melakukan gerakan-gerakan emansipasi, dan lebih peduli pada pemberdayaan masyarakat di akar rumput. Bukan malah sibuk memikirkan persaingan siapa yang lebih baik di antara mahasiswa satu dan yang lainnya untuk bisa diterima di dunia kerja.(*)
 

Artikel ditulis oleh:
Mohamad Rifa’i Abidin

BUKU 'MENJADI KADER PMII', DIKAJI DAN DIIMPLEMENTASIKAN

Foto: Suasana diskusi PMII Rayon Moh Hatta menkaji buku 'Menjadi Kader PMII' Karya Ahmad Hifni. (Regy/Lentera)


Sebanyak 24 peserta mengikuti diskusi buku ‘Menjadi Kader PMII’. Ahmad Hifni, penulis buku tersebut merupakan aktivis PMII dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hifni aktif di dunia tulis menulis dan turut andil menjadi peneliti di Moderate Muslim Society (MMS).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Biro Keilmuan PMII Rayon Moh Hatta tersebut merupakan program diskusi rutin. Harapan awal diadakannya kegiatan diskusi adalah menjadi wadah bagi sahabat-sahabati untuk mencurahkan pikirannya dan melatih kemampuan public speaking

Apabila kegiatan dapat konsisten berjalan, pengurus yakin cara berpikir sahabat-sahabati PMII akan menjadi lebih tajam. Sahabat-sahabati akan mampu menyikapi suatu perbedaan dengan arif dan bijak. 

Kegiatan diskusi ini diselenggarakan secara tematik. Metode yang digunakan adalah membahas tiap-tiap bab dalam buku. Agenda selanjutnya akan diadakan dua minggu kemudian atau satu bulan dua kali.

“Hari ini merupakan kali kedua kegiatan dilaksanakan, membahas Bab II,PMII dan Keislaman. Pada pertemuan sebelumnya kami sudah membahas terkait sejarah Ke-PMII-an,” ungkap Rikza, pemantik kegiatan diskusi, (27/1).

Rikza mengungkapkan, garis besar dalam pembahasan diskusi kali ini terkait aswaja sebagai ideologi dan mahajul fikr wal harokah. Poin-poin lain yang turut dibahas seperti belajar dari pesantren dan bagaimana PMII dalam pergerakan tetap berpegang teguh pada ideologi aswaja tersebut.

Aswaja tidak hanya menjadi landasan ideologis dalam melakukan pergerakan saja. Tetapi, dalam melakukan apapun, kader PMII harus selalu berpegang pada aswaja dan prinsip-prinsip dasarnya yaitu tawasuth, tasamuh, tawazun dan i’tidal. (Eka/Lentera)