Lagi, Diskusi yang Terpinggirkan
Oleh: Imam Prastyo Arwindra
Imam/Lentera |
Beberapa
mahasiswa tampak memenuhi lorong gedung perkuliahan. Mereka sibuk dengan segala
aktifitasnya masing-masing. Sebagian lain berkerumun dalam keramaian.
Segerombolan insan cendekia itu bukan sedang berdiskusi atau membicarakan
hal-hal ilmiah.
Wajarnya
kegiatan diskusi begitu akrab dengan mahasiswa. Bahkan,
ia merupakan menu rutin bagi mahasiswa. Diskusi diminati beberapa orang, namun
ia juga dihindari sejumlah orang. Mungkin banyak alasan yang menyebabkan itu
terjadi. Dari benturan kuliah, tugas menumpuk, pekerjaan, kemalasan, dan
sebagainya. Sejatinya, diskusi sangat penting guna mengasah pola pikir kita.
Supaya saat menghadapi masalah, kita dapat menyelesaikan secara mudah.
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Mutohhar, M.Pd. menuturkan, pola
fikir kita itu harus diasah terus-menerus. Bak pisau, pola pikir diasah agar
bertambah tajam. Jika ia didiamkan, ‘pisau’ itu pun menjadi tumpul.
Kalau mahasiswa saja enggan berdiskusi, lalu siapa lagi yang melakukannya?
Disepakati atau tidak, mahasiswa dipahami kaum masih punya idealism dan
pemikiran murni.
Sepintas, berdiskusi terkesan tidak ada tujuan dan manfaatnya. Seperti
memperbincangkan persoalan bangsa dan lingkungan sekitar. Mahasiswa cenderung
apatis terhadap persoalan (politik, budaya, kriminalitas) yang sedang terjadi.
Mereka lebih tergiur hal-hal rutinitas akademis dan tercerabut sisi pragmatism,
seperti tugas kuliah, life style, belanja, dan
sebagainya. Ironisnya, kebanyakan mereka belum mengerti esensi tugas-tugas yang
diberikan. Lebih-lebih bagi mereka bertujuan utama kuliah adalah mencari
pekerjaan. Jangan salahkan jika para oknum pemerintah menimbun uang rakyat.
Karena mereka dididik untuk bekerja (mencari kekayaan), bukan menciptakan
kesejahteraan bersama.
Kritis adalah ruh dalam diskusi. Ruh itu selalu hadir saat mengasah pola fikir
kita. Sementara sikap kritis takkan muncul kala
pola pikir kita di‘tidur’kan. Seorang dosen mengaku kepada penulis, saya
mendapatkan 60 persen ilmu di luar perkuliahan dan sisanya di dalam perkuliahan.
Contoh tersebut sedikit banyak mengingatkan kita. Jangan sekali-kali melupakan
bahwa begitu melimpah ilmu dan pengetahuan di luar sana. Dari aktifitas
diskusi, mengajarkan kita merefleksikan ide menjadi sebuah kenyataan.
Pernah di publikasi di PEKA UMK
0 comments:
Posting Komentar