Minggu, 16 Maret 2014

Lagi, Diskusi yang Terpinggirkan

Lagi, Diskusi yang Terpinggirkan
Imam/Lentera

  Beberapa mahasiswa tampak memenuhi lorong gedung perkuliahan. Mereka sibuk dengan segala aktifitasnya masing-masing. Sebagian lain berkerumun dalam keramaian. Segerombolan insan cendekia itu bukan sedang berdiskusi atau membicarakan hal-hal ilmiah.
  Wajarnya kegiatan diskusi begitu akrab dengan mahasiswa. Bahkan, ia merupakan menu rutin bagi mahasiswa. Diskusi diminati beberapa orang, namun ia juga dihindari sejumlah orang. Mungkin banyak alasan yang menyebabkan itu terjadi. Dari benturan kuliah, tugas menumpuk, pekerjaan, kemalasan, dan sebagainya. Sejatinya, diskusi sangat penting guna mengasah pola pikir kita. Supaya saat menghadapi masalah, kita dapat menyelesaikan secara mudah.

   Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Mutohhar, M.Pd. menuturkan, pola fikir kita itu harus diasah terus-menerus. Bak pisau, pola pikir diasah agar bertambah tajam.  Jika ia didiamkan, ‘pisau’ itu pun menjadi tumpul. Kalau mahasiswa saja enggan berdiskusi, lalu siapa lagi yang melakukannya? Disepakati atau tidak, mahasiswa dipahami kaum masih punya idealism dan pemikiran murni.
   Sepintas, berdiskusi terkesan tidak ada tujuan dan manfaatnya. Seperti memperbincangkan persoalan bangsa dan lingkungan sekitar. Mahasiswa cenderung apatis terhadap persoalan (politik, budaya, kriminalitas) yang sedang terjadi. Mereka lebih tergiur hal-hal rutinitas akademis dan tercerabut sisi pragmatism, seperti tugas kuliah, life style, belanja, dan sebagainya. Ironisnya, kebanyakan mereka belum mengerti esensi tugas-tugas yang diberikan. Lebih-lebih bagi mereka bertujuan utama kuliah adalah mencari pekerjaan. Jangan salahkan jika para oknum pemerintah menimbun uang rakyat. Karena mereka dididik untuk bekerja (mencari kekayaan), bukan menciptakan kesejahteraan bersama.
  Kritis adalah ruh dalam diskusi. Ruh itu selalu hadir saat mengasah pola fikir kita. Sementara sikap kritis takkan muncul kala pola pikir kita di‘tidur’kan. Seorang dosen mengaku kepada penulis, saya mendapatkan 60 persen ilmu di luar perkuliahan dan sisanya di dalam perkuliahan. Contoh tersebut sedikit banyak mengingatkan kita. Jangan sekali-kali melupakan bahwa begitu melimpah ilmu dan pengetahuan di luar sana. Dari aktifitas diskusi, mengajarkan kita merefleksikan ide menjadi sebuah kenyataan.

Pernah di publikasi di PEKA UMK

0 comments:

Posting Komentar