Rabu, 05 Maret 2014

Perempuan-Perempuan

 ISTIMEWA
“Mas, sudah makan?”, perempuan satu. Entah siapa namanya. Sesaat duduk di ruang baru perkuliahan. Aku diam tak menjawab.

***

Seorang perempuan menyodorkan permen Kiss warna merah saat aku asyik membaca buku di perpustakaan kota. Aku tak mengenalnya. “Boleh kenalan?”, tulis perempuan dua di kertas kecil setelah permen yang ditawarkannya tidak kuambil. Aku pergi.


***

“Yang dingin yang dingin...”, suara penjual asongan di atas bus kota. Memang panas kurasakan. Jalanan kota macet. Isi bus hampir membeludak. Tubuhku tampak gerah. Keringat mulai mengalir di pipipku. Tiba-tiba seorang perempuan memberiku tisu. “Trimakasih”, ucapku.
“Mas mau kemana?”, tanya perempuan tiga yang memberiku tisu itu.
Aku diam.

***

Ini hari apa? Tanyaku dalam hati. Tanggal berapa? Kulihat tanggalan. Ah, percuma. Yang terpajang adalah tanggalan tiga tahun yang lalu. Aku tak ingat tanggal dan hari, hari ini. Sepertinya, aku baru tadi malam dilahirkan, langsung besar, bisa berjalanan, dan bisa membaca buku lagi! Bukankah ini keajaiban?
Tidak, aku tidak dilahirkan tadi malam. Itu tak mungkin. Kurebahkan dulu tubuhku di atas kasur apartemen yang kusewa ini. Aku renungi kejadian aneh apa lagi ini. Mengapa aku tak bisa mengingat kejadian dua hari yang lalu. Aku pusing. Ruangan jadi gelap.

***

Aku perpindah tempat. Ke sebuah ruang tak bertepi. Udaranya sejuk. Padahal tak ada AC, kipas, tumbuhan, hembusan angin. Sebuah kasur terbuat dari bulu, entah bulu apa pula. Sangat lembut.
“Ternyata sudah bangun Tuan Muda”, perempuan yang aduhai betapa aku tak mampu menggambarkan keelokan wajahnya.
“Anda siapa?”, tanyaku gemetar. Aku gemetar bukan karna takut bahwa dia adalah siluman, tapi kecantikannya itu yang tak bisa membuatku bergerak banyak. Hampir saja aku kencing dicelana.
“Tenangkan pikiran Anda Tuan Muda...”, waaah... sangat lembut sekali kudengar kata demi kata darinya. Dimana sebenarnya aku ini.
“Sebentar lagi teman-temanku akan kesini untuk menemanimu Tuan Muda. Anda berada di surga”
“Apa!!!?? Aku di surga! Tidak mungkin! Ini mimpi bukan?”

Tiba-tiba 79 perempuan dengan baju berwarna-warni yang kecantikannya tiada kutemukan sebelumnya menuju kepadaku. Jantungku berdetak kencang. Apakah iya ini memang benar-benar surga? Kenapa tiba-tiba saja aku di dalamnya? Kemana si Malaikat Ridwan itu? Tertidurkah dia? Atau juga terhibur oleh perempuan-perempuan semacam yang kulihat ini? Ah, tak mungkin sekali.

Tuan Muda ingin apa? 80 perempuan satu persatu secara bergiliran menanyakannya padaku. Aku terpukau. Kusebutkan saja asal ucap usai mereka bertanya dengan soal yang sama. Betapa terkejutnya aku. Belum sedetik aku selesai menjawab, apa yang kuinginkan tiba-tiba sudah muncul di hadapanku. Begitu seterusnya hingga 78 pertanyaan terlewati.

Sesampainya pada perempuan ke-79, aku memintanya untuk selalu mendampingiku kemanapun aku pergi. Dia mengangguk, pertanda terjawab sudah pertanyaannya. Dan yang terakhir, perempuan yang ke-80, aku memintanya agar aku dikembalikan ke bumi. Sebab bumi belum kiamat. Tak mungkin aku melampaui manusia-manusia lainnya sekalipun nantinya jika sudah saat penebusan, aku tak tahu akan tinggal di surga lagi atau di neraka.

***

Aku terbangun dari tidurku. Aku ingat bahwa 2-3 hari yang lalu, aku berada di surga. Lalu aku dikembalikan ke bumi ini. Lalu, mana perempuan ke-79 itu? Aku juga tidak tahu namanya. Tadi pagi sebelum aku berangkat kuliah, dia masih ada disini. Aku berjalan ke ruang makan. Kutemukan makanan siap santap di atas meja. Tapi, siapa yang memasak? Oh ya perempuan itu. Mana dia? Aku mencarinya ke seluruh ruang di apartemenku. Kubuka almari, kucari di bawah kasur, kamar mandi, atap apartemen, tidak ada! Kemana dia pergi? Saat aku keluar dari apartemen, pintu kukunci dari luar dan tak ada kunci ganda.

Aku sudah kelelahan mencarinya. Aku kembali ke ruang makan. Meminum segelas air yang sudah tersedia. Lalu kulanjutkan makan. Aku sangat lahap. Benar-benar kelaparan aku kali ini. Di tengah-tengah aku makan, aku teringat tiga perempuan yang tadi ketemui di tempat yang berbeda. Ketiga-tiganya memakai cadar, tapi alis mereka sama dan aku pernah melihat bentuk alis seperti itu. Astaga! Itu adalah perempuan yang ikut aku dari surga.

Terakhir aku bertemu dia di atas bus kota. Tapi dia tidak turut serta turun. Kemana dia pergi? Adakah dia membawa uang? Aneh. Mengapa dia bisa keluar dari apartemen ini? Tiba-tiba ruangan menjadi gelap kembali.
                                                             
                                                                                                     Kepanjen, 19 Februari 2014

M.Roihan Rikza, Kader PMII Malang

0 comments:

Posting Komentar