Rabu, 05 Maret 2014

Tentang HMASS Malang Setelah Deklarasi (Sebuah Catatan)

Doc. Pribadi
      Tulisan ini saya buat pada tanggal 25 Desember 2013. Ujung tanduk dari tahun Masehi yang ke-2013 ini akan berakhir. Berarti pula, satu tahun lebih dua bulan tiga belas hari usia HMASS (Harokah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri) dari kelahiran deklarasinya. Banyak hal yang kiranya perlu dibenahi, dievalusi, dan kemudian ditindak-lanjuti sebagaimana mestinya perjalanan roda organisasi yang tidak boleh berhenti. Sebab, jika telah dianggap tidak berputar atau tidak lagi bergerak—apalagi dengan pemberian nama harokah yang berarti pergerakan—sudah dipastikan telah mati dan hanya tinggal sejarahnya saja. Nah, tak  mungkin jika organisasi ini yang baru berdiri, kok malah dikatakan mati. Sepertinya, sedang terjadi hal vacum atau sebenarnya sedang berlangsung, hanya saja tidak terdengar atau semacam tidak peduli dengan eksistensi atau memang benar-benar sudah tidak ada dari peredarannya?


    Diakui atau tidak, HMASS telah mendapat tanggapan sebagai organisasi yang adem ayem, sekalipun ungkapan itu muncul dari beberapa orang saja. Hal yang demikian itu sangat bisa dipahami dan harus diakui. Jika penulis analogikan yang ada kemiripan dengan kasus PKB yang mendapat kritikan sebagai anak NU yang tidak banyak memberikan kontribusi terhadap NU, kiranya patut saya paparkan pernyataan Saifullah Ma’shum, Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPP PKB, dalam catatan pengantar buku Partai NU Ya PKB, seri tokoh KH. Said Aqil Siradj. Beliau menyatakan: sebagai organisasi keagamaan besar(NU.pen) dengan jumlah jamaah yang masih terbelakang, wajar jika muncul harapan terlalu besar dari NU terhadap kekuatan partai politik, terutama PKB, agar bisa membantu suksesnya program-program NU.

      Pun dengan saya yang juga memiliki cita-cita ideal agar organisasi yang lahir dari karya alumni sebuah pesantren besar dan berusia lebih 270 tahun ini, menjadi organisasi yang memang benar-benar bergerak. Namun, dalam kenyataannya, konsepsi se-ideal apapun, jika kurang—untuk tidak menyatakan ‘tidak’—didukung, baik secara personal yang memang kala di pesantren tidak terfasilitasi secara masif tentang ke-organisasian, ataupun struktural organisasi yang asal masang nama, maka hanya akan menimbulkan ke-mandeg-kan.
      Demikian, kiranya yang saya alami dalam organisasi HMASS Malang pada perjalanan tahun 2013 ini. Namun, sama sekali saya tidak memiliki rasa pesimis bahwa organisasi ini akan tenggelam, sirna dari ruang akademik, dan tinggal sejarah. Tidak. Sama sekali tidak ada rasa minder untuk mengatakan HMASS akan menemui momentumnya suatu saat nantinya.

   Sekalipun, hanya beberapa rutinitas organisasi telah berlangsung, dihadiri antara pengurus dan anggota, tidak membuahkan hasil yang kongkrit, setidaknya solidaritas masih tetap terjaga. Kenyataannya memang demikian. HMASS Malang pada malam Jumat akhir bulan masih tetap menjalankan pertemuan dengan pembacaan tahlil yang memang sudah menjadi kesepakatan bersama. Bagi saya, ini menjadi semacam keunikan tersendiri. Sebab, pada pertemuan yang menyatukan mahasiswa alumni Sidogiri dari UIN, UNISMA, UB (Universitas Brawijaya), UM (Universitas Negeri Malang), PT Al-Hikam, dan Universitas Kanjuruhan, memunculkan gairah kesantrian yang bisa saja akan hilang jika saja tidak sama sekali di-refresh dengan acara semacam itu.

      Untuk melaksanakan acara besar semisal seminar atau bedah buku yang pernah diselenggarakan pada tahun 2012, kali ini, pada kepengurusan HMASS Malang yang diketuai oleh Mahin Mufti, Bangkalan, baru tahap untuk merencanakan saja. Untuk selanjutnya, semoga saja memang bisa terealisasikan sebagai bentuk pengabdian yang diperuntukkan untuk khalayak umum di dunia akademik, dan khusunya untuk kalangan HMASS sendiri.
Bagaimanapun, eksistensi memang diperlukan yang diniati sebagai bentuk pengabdian, bukan untuk mencari penghargaan atau bahkan untuk diperalat sebagai ‘bahan’ batu loncatan. Sebagai mana mestinya slogan khidmatan li al-ma’had wan ummah harus tetap tertancap pada masing-masing pelaku. Wallahu a’lam. [roy]

0 comments:

Posting Komentar