Kamis, 14 Januari 2021

ORGANISASI, DEDIKASI ATAU PANSOS?


Ilustrasi Foto: Radiosuarakudus.com


Sebuah organisasi dikatakan prestisius jika mampu menghasilkan kader yang berkualitas, tanpa terkecuali di tingkat mahasiswa. Pada saat ini banyak di antara ormawa membabi buta dalam mengkader mahasiswa anggotanya. 

Kita bisa melihat di BEM, DPM, sampai UKM. Mereka  gencar menyusun strategi dan trik yang jitu untuk melakukan pengkaderan. Seakan berlomba membuktikan diri jadi ormawa utama di kampus. 

Padahal tanpa disadari, tujuan dari ormawa adalah membuka pandangan mahasiswa agar memiliki pikiran terbuka. Tidak lagi mementingkan diri sendiri. Tidak lupa sebagai tempat berproses dan bukan tempat untuk menaruh nama. 

Banyak mahasiswa sekarang ingin terkenal. Bagaimanapun caranya mereka ingin selalu muncul di permukaan. Tidak usah jauh-jauh, fenomena ini bisa dilihat di kampus kita tercinta. 

Banyak mahasiswa yang mengesampingkan kinerja hanya untuk update story. Bukan lagi karena mementingkan prestasi, tapi lebih merujuk pada aji mumpung di organisasi. Banyak dikenal orang juga banyak teman untuk ngopi.

Inikah tujuan berorganisasi? Pansos di mana- mana? Sok berkuasa di sekitar mahasiswa biasa? Bicara tinggi untuk menunjukkan bahwa dia layak jadi bagian akademisi? Padahal yang dihadapannya adalah kaum awam yang hanya gabung karena ingin ngopi. 

Dinasti Teman Ngopi

Bagaimanapun juga teman adalah teman. Tidak peduli dia berasal dari mana, kemampuanya seperti apa, dan latar belakangnya bagaimana. Hubungan pertemanan itu bernilai karena jasa mereka dalam mencapai tujuan bersama.

Dalam sebuah organisasi, nepotisme sudah menjadi rahasia umum. Karena hal kedekatan rasa, dimasukkanlah mereka. Malam hari saat waktu ngopi mereka berunding untuk siapa saja yang akan masuk dalam anggota. 

Tanpa melibatkan pengurus yang lama, justru  wajah baru yang sering kumpul untuk ngopi bersama adalah yang dipilih menjadi anggota. 

Sebuah kebodohan dan egoisme yang fatal. Mementingkan kepentingan kelompok demi membabi buta kelompok yang lain. Pemimpin bukanlah budak daripada anggota. Tapi dia adalah penyambung lidah para anggotanya.(*)


Artikel ditulis oleh:

Dull Ndon, seorang yang sedang bingung, pesimis, dan juga ragu, tapi pantang baginya untuk mundur ketika berhadapan dengan tantangan. Merupakan kader PMII Rayon Ki Hadjar Dewantara.





0 comments:

Posting Komentar